CANDI BOROBUDUR KSATRIA DARI TANAH JAWA

 
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak  Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Candi Borobudur  ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa candi ini disebut juga  (Hanyu Pinyin : pó luó fú tú) dalam bhasa Mandarin.
Meskipun Candi Borobudur dibangun unuk pemeluk agama  Buddha; ia merupakan perwujudan kompromistis dengan ajaran Jawa.  

Uniknya ditemukan suatu pembelajaran dari Candi Borobudur yang dijadikan penggambaran konsep kehidupan bagi masyarakat Jawa.
 

Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat. ini jelas konsep 10 dunianya agama Buddha. Tetapi, 10 dunia tadi dibuat menjadi 4 tingkat atau tangga kehidupan.

Tangga paling bawah adalah "
kamadhatu" yang merupakan dunianya keinginan dari manusia. Pada tahap ini "zat hidup" manusia ingin hidup berwujud di bumi ini; ingin menemukan "awak", sarira, atau yang kita sebut badan untuk memujudkan keinginannya.

Tangga berikutnya adalah "rupadhatu" yang merupakan ujud lahiriah atau keberadaan lahiriah. Zat hidup atau badan telah menemukan keberadaannya di bumi ini. Ia mengekspresikan dirinya dalam pergaulan hidup.

Di dunia ini manusia berbuat, beramal dan bertindak untuk meraih tingkat hidup yang lebih tinggi. Tetapi, alam ini diliputi kegelapan. kita tidak tahu jalan menuju tangga berikutnya.


Karena itu, pada alam ini manusia dituntut untuk mengendalikan keinginannya. karena badan kita sedang mengalami prose datangnya kematian.


Manusia itu sebenarnya "born to die" dilahirkan untuk menghadapi kematian. kita makan dan minum setiap hari sebenarnya bukan untuk hidup. tetapi, hanya untuk menunda kematian. begitu kita lahir ke dunia ini, proses kematian itu sendiri terus berjalan.


Ada lima lorong dalam "
rupadhatu". lorong kelima merupakan laorong peralihan. menurut informasi salah seorang dari narasumber yang saya temui, dan yang tidak mau disebutkan namanya kepada narablog, kelima itu melambangkan ;
  1. Kama adalah kesengan seksual.
  2. Bandha adalah kesenangan terhadap harta dan benda.
  3. Kwasa adalah keinginan manusia berkuasa.
  4. Puja adalah sifat manusia yang ingin dipuja, dipuji dan dihormati.
  5. Anteng atau tenang, merupakan langkah manusia pada tahap awal untuk bisa menguasai dirinya. ini merupakan langkah untuk ke tangga "arupadhatu".

Arupadhatu
adalah alam tanpa wujud. Jika kita mampu mengendalikan hidup kita, maka kita bisa menemukan jalan bagi kehidupan sesudahnya.

Kita memang masih hidup di dunia, tetapi kita telah ada di "alam tanpa angan-angan", alam tanpa nilai, alam apa adanya.


Manusia berkarya tanpa pamrih. Manusia sudah melepaskan diri  dari kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Manusia memegang "
agama" yang paling pas buat dirinya. bukan jalan yang disedaiakan oleh orang lain.

Dalam keberadaan
arupadhatu, manusia berusaha membebaskan dirinya dari tiga jeratan keinginannya, yaitu :
  1. Keinginan lahiriah yang lahir dari tuntutan badan jasmani.
  2. Keinginan pikiran yang lahir dari tuntutan non materi yang bersifat abstrak.
  3. Keingingan rohani atau spiritual yang lahir dari sebuah cita-cita atau obsesi hidup ini.

Pelataran arupadhatu ini juga merupakan simbol bagi
rasa, cipta dan karsa. Laku anteng merupakan tangga transisi peralihan.
Hidup begitu menetes pada daging, tulang dan otot, punya untuk merespons atau memberikan tanggapan terhadap lingkungannya.

Daya rasa tumbuh dalam badan jasmasni. Kemudian manusia mencoba mengerti, memahami hal-hal yang ia tangkap.

Ada
cipta di dalam diri manusia. Manusia mencoba mengetahui objek-objek yang ada disetarnya. Bukan hanya tahu namanya, tetapi juga hubungan satu dengan yang lainnya. Ia ingin tahu kegunaannya. Kemudian daya hidup ini berkembang, dan lahirlah karsa.

Ada
karsa yang merupakan kehendak dalam diri manusia. pada kondisi tertentu rsa, cipta dan karsa ini dapat ,membelenggu manusia. Sehingga manusia hanya tertawan oleh khayalannya sendiri. oleh fantasi dan imajinasinya sendiri. termasuk khayalan dan imajinasi tentang Tuhan.

Manusia seharusnya membuka dirinya terhadap anugerah dan rahmat tuhan. tetapi kenyataannya manusia menciptakan Tuhan dalam pikirannya.


Patung-patung Budha yang dikerangkeng dalam stupa bila diejawantahkan merupakan semua angan-angan ketuhanan harus dikerangkeng. harus ditutupi dengan stupa. Tuhan yang ditemui adalah Tuhan yang bebas dari rupa dan bentuk segala angan-angan. tuhan yang bebas dari anggapan dan kepercayaan.

Dalam tahap tersebut diatas, manusia berusaha nglakoni atau menjalankan hidup heneng, hening, dan mantheng.

Heneng, diam meruakan usaha manusia untuk tidak menimbulkan riak kenegatifan dalam hidup. Kemudian pikirannya menjadi jernih, bening penuh dengan hikmat.


Lalu, ia
mantheng, khusyuk hidupnya, menjadi rahmat, kasih-sayang bagi segala yang ada di sekelilingnya. Dalam hal spiritual Islam, inilah yang dinamakan jiwa mutmainah. Jiwa yang keberadaannya di alam mental, alam transisi antara dunia astral dan spiritual. jiwa ini sudah bebas dari ikatan ruang dan waktu.

                                                                                                      Foto : google
Tuhan Yang Satu, yang meliputi segalanya. inilah tuhan yang menjadi samudra bagi pulangnya "zat hidup" atau badan.. Jika manusia dapat membebaskan dirinya dari segala angan-angan dan menapaki kehidupan nyata, maka dialah yang berhak memasuki "
nirupadhatu".  Di alam inilah manusia akan menemukan kelanggengan kekekalan dirinya. ia masuk ke dalam alam "suryaruri"

Suryaruri
merupakan alam ketiadaan. Alam kebahagiaan yang bebas dari segala bentuk, baik yang pernah dilihat maupun yang hanya ada diangankan. Suatu pembelajaran bagi kita dalam mengambil hal yang positif dari sebuah Candi )@dhedi'sh / Sumber: ejawantahnews.blogspot.com)