ilustrasi- Shutter Stock |
Ponsel seharusnya menjadi alat yang dapat membantu berkomunikasi ketika sedang berada jauh dari rumah. Namun saat ini, hampir setengah dari kita yang menggunakan ponsel dan komputer untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga meski sedang berada dalam satu rumah.
Seperlimanya atau sekitar 22 persen lebih memilih untuk berbicara lewat telepon atau sosial media seperti Facebook dan Twitter daripada harus berbicara langsung.
Riset bertajuk The Halifax Insurance Digital Home Index itu menemukan bahwa tiga perempatnya atau sekitar 73 persen warga Inggris merasa kesulitan jika mereka harus mengalami hari tanpa "gadget", seperti ponsel, laptop, ataupun pemutar musik.
Meningkatnya penggunaan alat-alat elektronik telah menciptakan sebuah generasi yang tidak dapat beristirahat, dengan 25 persen dari populasi mengakui bahwa mereka selalu memeriksa email atau pesan mereka di tempat tidur. Sepersepuluh dari mereka bahkan melakukan hal itu di kamar mandi.
Survei lainnya terhadap 2.500 orang dewasa yang tinggal di Inggris juga menemukan, orang lebih memilih untuk kehilangan cincin kawin atau pertunangan daripada harus kehilangan ponsel mereka.
Psikolog Aric Sigman memperingatkan bahwa ketergantungan yang berlebihan kepada teknologi dapat menjadi masalah bagi seluruh kelompok usia dan menyebabkan kehancuran hubungan antarmanusia.
"Ketika frekuensi dan durasi melihat layar meningkat, jumlah waktu yang dihabiskan untuk kontak langsung dengan 'kehidupan nyata' yaitu hubungan langsung dengan orang lain akan berkurang," ujarnya
"Ketika berusia tujuh tahun, rata-rata anak yang lahir saat ini akan menghabiskan satu tahun usianya untuk menonton teknologi layar, dan ketika mereka berusia 80 tahun, mereka menghabiskan 18 tahun dalam hidupnya untuk melihat teknologi yang bahkan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan," tambahnya.
"Penggunaan teknologi yang berlebihan merupakan isu yang berdampak pada semua kelompok usia, dari dewasa muda, yang menganggap teknologi merupakan pusat dari hidupnya, sampai ke orang tua yang akan merasakan bagaimana penggunaan teknologi yang berlebihan dapat membangun penghalang bagi interaksi keluarga," tutur Sigman.
Oleh karenanya, kita harus dapat mengingatkan diri sendiri bahwa teknologi seharusnya menjadi alat, bukan pengganggu atau bahkan perusak. (@dhedi'sh / Sumber : health.kompas.com)